Evaluasi Kualitas Interior dan Bobot Telur Itik Lokal (Anas sp.) yang Dipelihara dengan Sistim Ekstensif dan Intensif
Keywords:
itik, bobot yolk, pemeliharaan itik secara ekstensif, bobot telur, skor warna yolkAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap bobot yolk, bobot albumen, skor warna yolk dan bobot telur itik lokal yang dipelihara dengan sistim ekstensif dan intensif. Telur itik yang digunakan sebanyak 90 butir yang diperoleh dari 3 orang peternak untuk masing masing sistim pemeliharan, sehingga jumlah seluruh telur yang digunakan sebanyak 180 butir. Analisis terhadap data yang didapat dilakukan dengan menggunakan uji Z dua sampel bebas. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bobot yolk (25,99 ±2,64 g), bobot albumen, skor warna yolk dan bobot telur itik yang dipelihara secara ekstensif menghasilkan perbedaan dengan bobot yolk, bobot albumen, skor warna yolk dan bobot telur itik yang dipelihara secara intensif. Dapat disimpulkan perbedaan sistim pemeliharaan itik lokal secara ekstensif dan intensif menghasilkan pula perbedaan terhadap bobot yolk, bobot albumen, skor warna yolk dan bobot telur, dimana bobot yolk, bobot albumen dan bobot telur itik ekstensif lebih tinggi dari bobot yolk, bobot albumen dan bobot telur itik yang dipelihara secara intensif, sedangkan pemeliharaan itik secara intensif menghasilkan skor warna yolk yang lebih tinggi dari skor warna yolk itik yang dipelihara secara ekstensif.
References
C. Budiman. 2016. Produktifitas entok betina dengan pemberian pakan terbatas selama periode pertumbuhan. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(2): 280–285.
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 2006. SNI 01–3910–2006, Ransum Itik Bertelur (Duck Layer). Jakarta, Badan Standardisasi Nasional [BSN].
Darmawan, A., Sumiati, dan Hermana, W. 2016. Kualitas fisik telur itik Magelang yang diberi ransum mengandung tepung daun Indigofera sp. dan minyak ikan lemuru. Buletin Makanan Ternak. 103(1): 11–19.
itriyah, A., Wihandoyo, Supadmo, dan Ismaya. 2008. Kadar hormon testosterone plasma darah dan kualitas spermatozoa burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) setelah diberi minyak ikan lemuru dan minyak sawit. Animal Production. 10(3): 157–163.
Ismoyowati., dan D. Purwantini. 2013. Produksi dan kualitas telur itik lokal di daerah sentra peternakan itik. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 13(1): 11–16.
Ketaren, P. P. 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Wartazoa. 20(4): 172–180.
____________2007. Peran itik sebagai penghasil telur dan daging nasional. Wartazoa. 17(3): 117–127.
____________2002. Kebutuhan gizi itik petelur dan itik pedaging. Wartazoa. 12(2): 37–46.
Mito dan Johan. 2011. Usaha Peternakan Telur Itik. Jakarta, PT Agro Media Pustaka.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ninth Revised Edition. Washington D. C, National Academy Press.
Nurjannah., S. Yanto, dan Patang. 2017. Pemanfaatan keong mas (Pomacea canaliculata L) dan limbah cangkang rajungan (Portunus pelagicus) menjadi pakan ternak untuk meningkatkan produksi telur itik. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 3: 137–147.
Purba, M., L. H. Prasetyo, dan T. Susanti. 2006. Kualitas telur itik Alabio dan Mojosari pada generasi pertama populasi seleksi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5–6 September 2006. Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 687–693.
Sahara, E. 2011. Penggunaan kepala udang sebagai sumber pigmen dan kitin dalam pakan ternak. Agrinak. 1(1): 31–35.
_________2010. Peningkatan indeks warna kuning telur dengan pemberian tepung daun Kaliandra (Caliandra calothyrsus) dan kepala udang dalam pakan itik. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 5(1): 13–19.
Setioko, A. R., A. P. Sinurat, P. Setiadi, A. Lasmini, P. Ketaren, dan Tanuwidjaja. 1992. Pengaruh perbaikan nutrisi terhadap produktifitas itik gembala pada masa boro. Prosiding Agroindustri Peternakan di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
Soekarto, S. T. 2013. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Telur. Bandung, Penerbit Alfabeta.
Sunarno., K. Budiraharjo, dan Solikhin. 2021. Analisis efek pemeliharaan sistim intensif dan ekstensif terhadap produktifitas dan kualitas telur itik tegal. Jurnal Peternakan Indonesia. 23(2): 89-93. DOI: 10.25077/jpi.23.2.83-93.2021.
__________________________________. 2020. Pengaruh sistim budidaya intensif dan ektensif terhadap produktifitas dan kualitas telur itik tegal. Media Bina Ilmiah. 14(8): 3091-3100.
Soeparno., R. A. Rihastuti, Indratiningsih, dan S. Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Cetakan Pertama. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke–2. Jakarta, Penebar Swadaya.
Tumanggor, B. G., D. M. Suci, dan S. Suharti. 2017. Kajian pemberian pakan pada itik dengan sistim pemeliharaan intensif dan semi intensif di peternakan rakyat. Buletin Makanan Ternak. 104(1): 21–29.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kelima. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Cetakan Pertama. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
____________2008. Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke–5. Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
____________2007. Beternak Ayam Buras. Cetakan Pertama. Yogyakarta, Penerbit Citra Aji Parama.